FF : You

YOU

Poster FF You

Author : cicil

Tittle : You

Genre : Romance, sad, little angst

Rating : semua umur

Cast : -Luhan –Jessica

Support cast : -Donghae

Disclaimer : semua cast milik Tuhan dan orang tuanya masing masing.

Summary :

Due to sincere love, makes him always stand beside. And different world won’t be able to separate.

>>>>><<<<<<

Matahari mulai mengakhiri tugasnya yang sebentar lagi digantikan bulan, mulai menghilangkan dirinya dari pandangan mata. Angin berhembus kencang seakan – akan menyuruh air laut untuk ikut bergoyang untuk merayakan hari yang akan segera berubah menjadi malam ini.

Seorang namja berambut blone kini terduduk diatas hamparan pasir pantai, manik mata coklatnya menatap lurus matahari ditambah pemandangan warna awan yang berwarna jingga kekuningan. Dia masih mengenakan kemeja sekolah SMU, tidak berniat menggantinya bahkan mungkin sampai nanti malam. menekuk lutunya dan rambutnya yang pirang kecoklatan bermain – main di terpa angina pantai.

Disebelahnya seorang yeoja dengan pakaian yang sama, seragam sekolah dan tentu juga rok sekolah bermotif kotak-kotak. Tapi pandangannya tak selalu menatap lurus kearah matahari yang ingin tenggelam seperti namja disebelahnya, sesekali ia memalingkan wajah hanya untuk memastikan disebelahnya masih ada seseorang yang selalu berada disisinya. Setiap sepersekian menit ada rasa khawatir menemani hati kecil yeoja berambut coklat dan lurus itu. Seakan-akan ia takut namja disebelahnya ini akan tiba-tiba pergi meninggalkannya dan tak akan kembali. Tapi kenyataannya sampai sekarang mereka masih terduduk berdampingan berdua.

“Kajja” ajak Jessica bangkit dari duduknya dan beridiri, tangan kanannya sibuk menarik namja disebelahnya untuk segera bangkit mengikutinya.

“Sebentar lagi yah”ucap namja berambut blonde itu lalu tangan kanannya menunjuk matahari yang hampir tidak kelihatan lagi “itu…. belum habis tenggelam jadi kita tunggu sebentar lagi” menarik tangan Jessica kembali untuk duduk disampingnya.

“huhh… ya! Luhan-ah!” teriaknya sambil mencubit lengan Luhan kesal. “ah! Appo!” dengan nada tinggi yang hampir sama seperti Jessica  Luhan sambil mengusap-usap bagian lengannya yang sakit.”ayo pulang!” bentak yeoja itu lagi. Luhan mengerucutkan bibirnya lalu membuang muka dari hadapan Jessica “aku nggak mau” katanya dengan gaya anak kecil yang lagi ngambek.

“ya udah kalo nggak mau, aku pulang sendiri aja” Jessica membalikan badannya lalu berjalan pergi walaupun langkahnya sangat lambat, berharap luhan menahannya dan mereka bisa pulang bersama sepeti biasa.

“eh eh eh jangan gitu dong” benar saja harapan si gadis cantik terkabul. Tanpa menunggu waktu yang lama luhan sudah berdiri dan menarik lengan Jessica supaya tidak pulang duluan. “iya iya kita pulang sekarang, kajja” bahkan sekarang namja yang masih mengenakan seragam sekolahnya  berjalan mendahului  Jessica yang masih terpaku di tempatnya berdiri, ‘semudah itukah mengajak luhan pulang’ batin Jessica dalam hati. Walaupun mereka hampir setiap hari kesini tapi jarang sekali Luhan mau menuruti apa kemauannya. Biasanya Luhan akan bersikukuh untuk tidak pulang dengan puppy eyes nya atau rengekannya dan Jessica akan mengalah lalu menunggu Luhan sampai dia puas berada di pantai kemudian pulang bersama. ‘aneh’ ujarnya lagi dalam hati.

Luhan membalikan badanya saat menyadari ada sesuatu yang kurang. Yap Jessica tidak ada disampingnya, berjalan bersamanya. kemana gadis itu? Benar saja gadis beriris coklat sepertinya yang dicari masih diam tak bergerak dari tempatnya, mungkin melamun? “katanya tadi mau pulang? Kok sekarang malah aku duluan yang jalan?” Tanya Luhan

Jessica memundurkan selangkah kakinya, wajahnya kini seperti orang kebingungan “eo?” ucapnya dengan tampang polos sekaligus tidak mengerti apa-apa. “mollaseo” jawab Luhan lalu kembali melanjutkan langkahnya ke arah mobil sport putih miliknya yang terparkir di pinggir jalanan pantai. Setelah menghabiskan cukup waktu untuk berpikir ‘apa yang baru saja terjadi selama dirinya melamun?’ Jessica sontak memukul keningnya sendiri “terlalu lambat berpikir, dasar jessica’ batin gadis itu entah mengejek dirinya sendiri atau apa. Menyadari Luhan sudah menyalakan mesinnya, dia langsung berlari “jangan tinggalkan aku!” teriaknya.

>>>>>><<<<<<<<

Jessica pov

Aku berjalan santai di lorong sekolah menuju kelasku, hari ini Luhan tidak menjemputku katanya dia ada sedikit urusan sebentar di rumah. Dan saat aku memasuki kelasku, memandang ke semua sudut kelas dan ah! Itu dia-Luhan. berdiri diatas meja sambil tertawa terbahak-bahak dengan teman-temannya.

Ehmmm…. Kalau perlu kuceritakan sih, namjachinguku-Luhan itu orang yang menurutku sifatnya aneh. Sekarang dia bisa ramah kepada siapapun, tertawa-tawa membuat lelucon dan menjahili teman sekelasnya tapi suatu saat dia tiba-tiba bisa menjadi sesosok yang sangat dingin, menjawab seadanya dan kadang kata-katanya sedikit menusuk. Dia aneh kan? Tapi aku tak pernah menyesal pernah mengenalnya dan menjadi yeojachingunya. Dia yang membuatku jatuh cinta untuk pertamakali, mengerti artinya rasa sayang, membuatku tertawa dan aku benar-benar tidak akan pernah menyesal.

Dia namjachingu pertamaku….

Sudah cukup tentang dirinya, dan sepertinya aku masih berdiri di depan kelas tak bergerak sama sekali dari tadi. Segera sadar aku langsung mengambil langkah masuk kelas, duduk disebelah bangku namjachinguku walaupun sekarang dia tidak duduk disini tapi aku tau yang mana bangkunya.

“ya! Ya! Ya! Ambil bukunya!” teriak Luhan yang berhasil membully anak kelas sebelah sampai-sampai yeoja itu harus masuk ke kelas ku. “kembalikan, tolong” lirihnya sambil terus mengejar kemana bukunya itu berpindah tangan. “Kamu mau ini?” Tanya Luhan saat buku yeoja itu sampai ditanganya. “ne” jawabnya antusias. “ada syaratnya tapi. Kamu harus traktir kita-kita makan dikantin saat istirahat nanti ya?” yeoja itu menghembuskan nafasnya kasar, Luhan memang benar-benar jahil. “kembalikan!” ujarnya membentak. “wow berani sekali, kalo tidak mau ya bilang aja nanti bukunya aku tinggal aku robek” kata Luhan, matanya memperhatikan buku yeoja itu. “iya iya nanti istirahat” pasrah, ya itulah yang menggambarkan raut wajah yeoja itu. “baiklah terimakasih atas traktirannya nonna” Luhan mengembalikan buku itu bertepatan dengan bunyi bel masuk.

Setelah berhasil membully yeoja kelas sebela. Luhan menarik langkah kakinya kearah ku yang lebih tepatnya kearah bangku disampingku. Dia duduk bersandar lalu mengehembuskan nafas kasar. “kenapa?” tanyaku. “Aku lelah” jawabnya memasang tampang yang ku akui terlihat seperti dia tidak tidur semalaman atau habis berlari maraton. Aku mengalihkan pandanganku darinya lalu menatap papan tulis karena kulihat songsaenim berkacamata tebal semampai itu sudah masuk kekelas.

“ya! Kau mengabaikanku” ucap Luhan tiba-tiba. “eo! Mengabaikan apanya?” tanyaku memasang wajah bingung. “aku bilang aku lelah, kenapa kau tak menjawabku?” kali ini kalimatnya ketus. “aku tidak mengabaikanmu Luhan, kalau kau bilang kau lelah lalu aku harus berbuat apa?” tanayku dengan nada yang menurutku sudah cukup lembut . “huh menyebalkan!” dia melipat tangannya di dada dan membuang muka beralih pandangan ke jendela yang ada tepat di sampingnya.

“mwo? Kau bilang aku menyebalkan?” tanyaku tak terima, aku hanya tidak menjawab perkataannya dan sekarang dia bilang aku menyebalkan? Bahakan dia lebih menyebalkan dariku.

Setelah pertengkaranku tadi kami tidak berbincang sedikitpun sampai istirahat tiba. Luhan memang biasa seperti ini, bersikap kekanak-kanakan tidak mau mengajaku bicara tapi setelah beberapa jam kemudian saat suasana hatinya sudah kembali ceria lagi dia kembali mengajaku berbicara seakan kami tadi tidak bada masalah sama sekali. Dia berdiri kemudian menatapku yang masih duduk, aku membalas tatapannya dengan raut wajah datar dan detik selanjutnya…

“bhahahahahahahha” Luhan memegangi perutnya yang sepertinya mulai sakit karena tawanya tak berhenti sampai sekarang. Kali ini aku merubah wajahku menjadi tatpan bingung “kenapa tertawa?”

“Ani hanya ingin tertawa saja, sudahlah kajja kekantin. Aku kan ditraktir makan sama ehmm siapa nama yeoja tadi?”

“Sunny” jawabku menggeleng-gelengkan kepala, bahkan nama yeoja yang tadi dia jahili saja dia tidak tau, apa diotaknya terlalu banyak memori sampai tak bisa mengingat nama-nama orang lagi?

“ya sudah siapa pun namanya yang penting aku ingat wajahnya dan dia sudah berjanji padaku” Luhan menarik tanganku keluar kelas dan kami berdua menuju kantin.

Ehmmm mungkin bukan hanya kami berdua karena sekarang aku sedang duduk di bangku kantin dengan meja yang panjang dan bangku-bangku disisiku maupun yang ada dihadapanku ini dipenuhi oleh teman teman Luhan. disebelah kiriku ada yoona, dia sahabatku dan bisa dibilang dia yang tau segala hubunganku dengan Luhan. Sunny, dia duduk disebelah kiri yoona. Dan namjachinguku sendiri duduk dibangku paling pojok dan tepatnya di sisi sebelahku yang lain.

Perlahan aku meliriknya, mungkin yang lain tidak menyadari kalau sedari tadi aku hanya memperhatikan Luhan, bahkan yang kuamati sendiri saja tidak menyadarinya. Dia tertawa bahagia, sangat bahagia sampai memegangi perutnya. Tapi itu hanya membuatku menaikan sedikit sudut bibirku berusaha untuk tertawa dan berbaur dengan yang lain. Saat aku melihatnya tertawa, rasanya aku ikut senang, tapi entah kenapa selalu ada rasa takut yang menyelimuti rasa senang ku ini, seperti menutupi segala rasa yang ada di hatiku, rasa takut untuk kehilangan dirinya dari sisiku. Mungkin ini hanya perasaanku karena sampai sekarang sosok nya masih menemaniku disini, duduk disampingku. Aku tak tau kapan rasa ini akan hilang, semakin aku mencintainya semakin besar juga rasa takut itu. ‘Tuhan aku mohon hilangkan semua rasa takut ini’

>>>>>>>><<<<<<

Author pov

“bye bye nanti aku jemput di rumah, jangan lupa dan jangan pergi kemana-mana langsung pulang arrachi!” Kata-kata Luhan kini sudah seperti orang memberi perintah. Dia berjalan mundur sambil melambai-lambaikan tangan kearah Jessica yang duduk dibangku halte menunggu bis tujuan arah rumahnya datang. “ne arrasoyeo!” teriak Jessica karena jarak mereka terpaut cukup jauh jadi Jessica harus beteriak supaya suaranya terdengar oleh namja yang kini sudah membalikan tubuhnya berjalan kearah mobilnya terparkir. Luhan tak mebalasnya tapi Jessica yakin pasti namja itu mendengarnya.

Jessica menatap punggung namjachingunya sampai sudah tak terliha tertutup mobil yang ia pakai. Seulas senyum terlukis dibibirnya, membuatnya semakin cantik . “dia tampan” ujap Jessica sendiri, entah angin apa yang membuat dirinya memuji namjachingunya sendiri, rasa cinta itu kini makin bertambah.

>>>>>>>><<<<<<<

“huhhhh” helaan nafas panjang keluar dari mulut gadis berambut coklat ini. Jessica baru saja selesai merapikan kamarnya sendiri, eomma dan appa Jessica sedang bekerja dikantor seperti kebanyakan orang lainya. Keluarga jung bisa disebut keluarga bahagia dan harmonis. Jessica memang mempunya adik perempuan, tapi adik satu-satunya itu kini sedang study di luar negri. Tak pernah kekurangan kasih sayang dan selalu cukup mendeskripsikan kasih sayang orang tuanya kepada Jessica. Tumbuh menjadi  yeoja yang normal seperti kebanyakan yang lain, dirinya merasa hidup begitu sempurna. Mempunyai ayah, ibu, adik perempuan yang cantik dan satu lagi yang tidak mungkin tertinggal – Luhan.

Terduduk di sisi ranjangnya, sambil memutar mata coklatnya yang indah menelusuri setiap benda yang berada di kamarnya satu persatu. Dan pandangannya kini terjatuh pada sebuah buku tulis tidak terlalu tebal tapi tidak terlalu tipis juga. Meraihnya kemudian membukanya. “aku dan dirku” ucap Jessica membaca judul buku tersebut. Ah! Dia ingat ini buku yang ditulisnya sendiri tapi maksud ‘aku dan diriku’ itu bukan dirinya. Membuka satu persatu halaman, mirip buku diary tapi bukan diary harian, buku yang dipenuhi tulisan ini bercerita tentang kisah cinta nya. Mulai dari pertama kali bertemu sampai detilnya pun dituliskan Jessica disini. Sekarang dia sudah siap untuk menulis lagi, kelanjutan dari bukunya yang kemarin dia tulis juga.

Baru saja Jessica menuliskan dua kata, suara klakson mobil menghentikannya untuk menulis. “Jess! Luhan sudah dating!”  teriak eomma Jessica dari lantai bawah. “eo! Apa eomma sudah pulang?” Tanya nya sendiri sambil menyiapkan diri untuk pergi bersama kekasihnya. Jessica melangkahkan kakinya cepat, menuruni tangga dan akhirnya berdiri tepat berhadapan dengan eomma nya sendiri. “eomma kapan pulang?” Tanya gadis cantik itu dengan raut wajah kebingungan yang menandakan bahwa dia jujur. “baru saja pulang, tadi kebetulan mobil yang eomma pakai berpapasan dengan mobi Luhan, eomma tau kalau Luhan dating kesini untuk menjemputmu kan?” Tanya eomma Jessica menggoda.

Wajah gadis cantik itu kini memerah, bisa ia rasakan betapa malunya dirinya saat eommanya berbicara dengan nada menggoda. “ah! Eomma tau saja. Ya sudah kalau gitu aku pamit dulu ya, annyeong!”

Jessica duduk di sebelah kursi kemudi. Luhan langsung menyambutnya dengansenyuman hangat tadi dan sekrang ia merasa wajahnya makin panas, malu dan grogi sampai – sampai tidak tau harus berbicara apa. Suasana di mobil hening sejak tadi, Jessica tidak mau memulai pembicaraan karena dia masih menaturalkan wjahnya untuk kembali kewarna semula. Sedangkan Luhan sendiri masih tetap focus pada arah jalanan.

“mau kemana” kata Jessica memulai pembicaraan.

“seperti biasa” balas Luhan tanpa menolehkan kepalanya

“tidak bosan?” Tanya Jessica lagi. Mungkin sekarang sesi Tanya jawabnya dengan Luhan sudah dimulai

“tidak” setelah mendengar jawaban Luhan yang sangat singkat itu Jessica terdiam sejenak. Sosok dingin dari seorang Luhan kini menyeruak, berhasil mendinginkan suasana yang seharusnya hangat dan dipenuhi canda tawa. Jessica sudah mencoba mencairkan es itu tapi tidak berhasil.

“tidak lapar atau haus mungkin?”

“ani, aku hanya ingin ke pantai titik”

“bermain ke tempat lain?”

“aku tidak mau”

“ya sudah terserah kamu!” Jessica menekuk wajahnya menjadi raut muka kesal, melipat tanganya didada, ini yang biasa dia lakukan kalau Luhan mulai membuatnya kesal seperti sekarang contohnya.

>>>>>>>><<<<<<<

Bukk… (anggep suara tutup pintu mobil)

Jessica baru saja menutup pintu mobil, dia membalikan badan ke arah pantai. Luhan sudah berlari-lari seperti anak kecil yang baru pertama kali ke pantai.

Sebenarnya dirinya sendiri pun bingung kenapa Luhan sangat menyukai  tempat ini. Sekarang tepat pukul lima sore, biasanya mereka akan bermain di pantai hingga matahari tak nampak lagi.

Setiap berkunjung kesini hanya ada mereka berdua, tidak ada keluarga atau anak kecil lain yang main disini, hanya mereka berdua. Kata Luhan sih dia menyewa pantai ini setiap sore, tapi Jessica masih tidak percaya ‘hey pantai ini sangat luas dan kau menyewanya tiap hari? Apa uangmu terlalu banyak atau kelebihan?’

Sekarang firus childish nya Luhan akhirnya menular juga kepada Jessica. Yeoja itu kini juga ikut berlari-larian di tepi pantai, bermain kejar-kejaran dengan Luhan atau sekedar menyiprakan air laut.

Angin yang kencang memaksa mereka untuk beristirahat sejenak, duduk berdampingan berdua sambil menekuk lutut menghadap matahari. Rambut blonde dan coklat mengkilap itu kini berlambai-lambai menandakan angin yang melakukan ini semua.

“aku lelah” Luhan memecahkan suasana hening yang tadi sempat tercipta untuk mengatur nafas sejenak setelah bermain tadi.

“Nado” balas Jessica ikut menambahi pernyataan Luhan barusan

Luhan perlahan menidurkan kepalanya di pundak Jessica, kemudian menutup matanya sejenak. “eo! Apa yang kau lakukan?” Tanya Jessica kaget

“hanya tidur sebentar” “oh” mata Jessica kini kembali melihat awan dan deburan ombak di depannya.

Satu menit…. Dua menit….. Tiga menit…..

“ya! Punggungku sakit!” teriak yeoja cantik itu. Tapi tidak ada reaksi apapun dari Luhan.

“Luhan-ah ironaa!” kali ini teriakannya disertai dengan mengguncang-guncangkan bahu  Luhan

“ironaaa!” tetap tidak ada reaksi. Kini rasa takut itu mulai menyeruak di dalam hatinya.

“Luhan!” setetes Kristal bening jatuh membasahi pipi

“bangun!” suaranya mulai bergetar “hiks… hiks… ironaa!” muka, hidung dan matanya mulei memerah karena sembab.

“bhaahahahahhahaha” mata Jessica yang tadi tertutup menahan tangis kini perlahan terbuka dengan perasaan berkecamuk sekaligus bingung ‘itu suara Luhan’ batinnya.

Setelah mata gadis itu terbuka sempurna, ia melihat namjachingunya duduk dihamparan pasir sama sepertinya sambil memegang perut dan tertawa keras. Jessica menghapus air matanya yang tersisa di wajah halus nan lembutnya. Alisnya mulai menyatu menandakan perasaan nya yang sedang bingung.

‘apa yang terjadi barusan? Apa dia membohongiku dengan berpura-pura pingsan?’ ujar Jessica dalam hatinya. “hahaha… mu mukamu itu lucu sekali Jess” kata Luhan masi diselangi dengan tawanya yang tidak mau berhenti sejak tadi.

“ya! Kau mengerjaiku!” jari telujuk Jessica dia arahkan ke Luhan. menunjuknya ditambah tatapan tajam Jessica yang sudah seperti death glare. “ani ani, kau saja yang terlalu polos” ujarnya membela diri.

“sebenarnya tadi aku hanya ketiduran sebentar. Saat aku bangun dan membuka mataku, aku melihatmu sudah dengan mata sembab seperti itu dan berteriak memanggilku. Apa kau kira aku akan mati semudah itu? Tidak akan” jelas Luhan mulai dari pembelaan diri samapai ke kepercayaan dirinya.

“kau menyebalkan” Jessica memukul-mukul punggung Luhan

“appo! Jangan memukulku, ini bukan salahku!” teriak Luhan. tangannya menutupi bagian punggung yang jadi sasaran Jessica.

“aku kesal sekarang! Ayo pulang!” berhenti memukuli Luhan Jessica langsung berdiri tegap dan berjalan ketempat tadi mobil yang mereka pakai terparkir. “yeoja aneh, kesal kok bilang-bilang” namja itu menggeleng-geleng kan kepalanya lalu ikut bangkit menysul Jessica.

>>>>><<<<<<

Luhan pov

Pagi ini aku benar-benar kesal. Aku tidak masuk sekolah karena bibi kim tidak membangungkanku. Mungkin karena kemarin malam sehabis mengantarkan Jessica pulang kerumahnya aku merasa ada yang tidak beres lagi dengan dadaku, dan aku menceritakannya pada bibi kim. Jadi pasti tadi dia sengaja tidak membangunkanku.

Di rumah ini hanya ada aku dan bibi kim, Walaupun masih ada pekerja lain tapi itu tidak dihitung. Eomma sedang pergi ke china katanya ada urusan keluarga sekaligus urusan kantor. Setidaknya eomma pulang sebulan sekali kesini untung sekedar melihatku. Kalau appa ehmm…. Dia sudah tidak ada sejak umurku 10 tahun, meninggal karena penyakit turunan. Jadi sekarang hanya ada aku dan eomma ku, ah masih ada hyungku, tapi nasibnya juga sama dengan appa dan sekarang nasib trgis itu juga akan menjadi malaikan pencabut nyawaku nanti. Awalnya saat ditinggalkan appa perekonomian keluarga kami sangat berantakan, eomma terus giat bekerja di kantor supaya bisa naik pangkat dandapat gaji yang lebih besar dari sebelumnya karena harus menghidupiku dan hyungku. Tapi sekarang berbeda, hyung sudah pergi menyusul appa, eomma juga sudah dipercaya mengurusi berbagai cabang perusahaan sehingga semuanya berangsur membaik bahkan kelebihan.

Kadang aku tidak tega untuk meninggalkan eomma sendirian di sini tapi kadang aku juga ingin segera pergi karena rasa sakit yang amat sangat menyebalkan itu.

Aku sudah mengirim pesan pada Jessica kalau aku tidak masuk dan akan ke rumah sakit, tapi reaksinya tidak seperti kebanyakan yeojachingu yang lain. Dia hanya membalas pesanku dengan satu kata ‘oh’ . bukanya biasanya kalau namjachingunya masuk rumah sakit sang keksaih akan sangat kahwatir? Tapi ini berbeda dan kalau boleh jujur aku memaklumi reaksi Jessica tadi, aku sudah seringmengirim pesan seperti tadi jadi dia tidak akan terkejut lagi dan hanya bilang ‘oh’

Author pov

Kini hari mulai menjelang siang. Matahari mengubah sinarnya yang tida hangat kini menjadi lebih panas. Setelah mandi dan makan pagi bibi kim memaksa Luhan untuk pergi ke rumah sakit, katanya bibi kim sudah memberitau pihak rumah sakit jadi tidak ada alasan untuk Luhan kabur.

Namja mungil berambut blonde itu mengerucutkan bibirnya kesal, dia membuang muka kasar. Masih terduduk di kursi meja makan, setelah aksi pemaksaan yang dilakukan bibi kim padanya, ia sudah berusaha menolak tapi bibi kim terus saja memaksanya.

“ini kunci mobilnya tuan” ucap bibi kim sopan

“kamsahamnida” balas nya datar.

Luhan beranjak dari tempat duduknya. “apa tuan tidak mengenakan jaket?” Tanya bibi kim “tidak” Luhan yang langkahnya sempat terhenti tadi kembali melanjutkan langkahnya.

Sekarang memang menjelang musim dingin, derajat kota seoul pun perlahan mulai turun. Tapi setidaknya harus mengenakan jaket. Luhan yang sekarang hanya memakai kaos tipis berwarna putih polos dengan celana selutut. Tapi dirinya tidak memperdulikan hal semacam itu.

>>>>><<<<<

“oh! Luhan oppa!!” teriak seorang yeoja kecil. Luhan yang baru memasuki pintu utama rumah sakit merasa namanya dipanggil pun langsung menoleh ke arah suara tersebut. Matanya melebar “oe! Lian-ah” namja itu langsung berlari kearah yeoja kecil yang mempunyai nama Lian

Langkah cepat kaki Luhan berhenti tepat di depan Lian, sedikit berjongkok supaya tingginya sejajar dengan gadis kecil itu. “apa Lian mau pergi?” Tanya Luhan dengan nada seolah seperti berbicara dengan sesama anak kecil

“ne!” jawab Lian mantap, senyumnya merekah lebih lebar dari sebelumnya

“berarti Lian akan meninggalkan oppa sendirian disini?” raut wajahnya dibuat seolah-olah sangat bersedih.

“ani, oppa tidak akan sendirian disini”

“wae?”

“kan ada banyak perawat dan dokter disini” jelas singat dan pendek tapi sudah bisa mengartikan semuanya.

“ooh” Luhan membentuk huruf O di mulutnya.

“ayo pulang” tiba-tiba seorang wanita paruh baya menarik tangan Lian, Lian hanya mendongak lalu menuruti wanita paruh baya itu. Luhan hanya terdiam di tempat memandangi ibu dan anak itu keluar dari gedung putih yang hampa udara ini.

“kapan eomma akan mengajaku pulang dari sini seperti tadi” lirihnya sendirian

Detik berikutnya luhan sudah berdiri tegap. Memutar kedua bola mata coklatnya untuk mencari meja resepsionis. Setelah menemukan apa yang dia cari, namja itu langsung berlari menghampiri apa yang dia cari. Luhan sedikit menggebrak meja supaya perawat yang ada dibalik meja tinggi itu menoleh kearahnya.

Bukkk…

“omo! Kau benar-benar mengaggetkanku Lu” kata perawat itu akrab

“apa sibuk sekali? Sampai tidak melihatku dating?” tanpa basa-basi atau sapaan sopan pada yang lebih tua.

“aku justru sedang menunggumu, hari ini dengan dokter kwon”

“oe! Bahkan kau sudah menjawab apa yang ingin ku tanyakan, apa kau bisa membaca pikiran orang?” Luhan menajamkan matanya, sedikit menyatukan ails dan mendekatkan wajahnya kearah perawat cantik itu. “ya! Apa yang kau lakukan? Cepat jalan!” teriak si perawat sedikit gugup, tadi wajahnya dengan wajah Luhan hanya terpaut beberapa inchi, dan berhasil membuatnya gemetar.

Luhan tidak membalasnya dengan perlakuan atau jawaban apapun. Namja mungil itu langsung membalikan badannya dan berjalan ke salah satu lorong rumah sakit. Perawat cantik tadi juga mengikutinya dari belakang kemudian sedikit berlari supaya sejajar dengan langkah Luhan.

Tok tok !!

Cklek !

“sudah datang?” seorang namja yang bisa dibilang masih cukup muda menanyakan pertanyaan konyol setelah dia muncul dari balik pintu.

“kalau aku belum datang, aku tidak akan berdiri disini” ucap Luhan ketus.

“sisnis banget” jawab dokter Kwon enteng. Perawat cantik tadi juga mengkuti langkah Luhan masuk ke dalam ruangan.

“oh! Suster Taeyeon ikut?” Tanya dokter Kwon lagi yang sudah pasti dia tau jawabannya.

Taeyeon hanya diam, mengacuhkan pertanyaan dokter yang baru saja dia lewati.

Seetelah menutup pintu dokter kwon langsung duduk di kursinya “baiklah, sekarang serius” katanya

Luhan tidak duduk di kursi yang disediakan dihadapan dokter Kwon tapi dia langsung menuju ranjang pemeriksaan. Toh nanti setelah duduk dan berbincang juga akan ke tempat ini.

“apa yang kau rasakan kemarin malam atau mungkin pagi ini?”

“ehmmm… sedikit susah bernafas dan sakit disini” menunjuk bagian dadanya

Hening…. Beberapa saat setelah itu dokter kwon langsung berjalan dan berdiri dihadapan Luhan

“hhhh mungkin sakit, tunggu sebentar” kini pandangannya beralih ke sebuah meja kecil beroda yang baru saja menghampiri nya karena dorongan dari tayeon.

Taeyeon sadar apa yang akan terjadi setelah ini, setelah selesai mendorong meja kecil tersebut, dirinya langsung memegangi tangan Luhan erat. Luhan yang merasa ada yang mencengkram tangnya langsung mengalihkan bola matanya, pertama melihat tangannya lalu dua tangan lain, mengikuti kemana tangan itu berasal, pandangannya jatuh pada muka taeyeon.

“aku juga tidak akan memberontak sekuat itu” sinis luhan  terganggu dengan perlakuan taeyeon yang menurutnya berlebihan.

Saat jarum suntik yang dipegang dokter Kwon mulai mendekati tangan Luhan, namja mungil itu kini menutup matanya perlahan, tangannya gemetar. Bisa ia rasakan jarum itu mulai munusuknya perlahan, rasa sakitnya seperti sampai menusuk tulang.

“arrggghhhh” erangnnya sambil terus merapatkan pejaman matanya berusaha menahan sakit.

Setelah yang pertama sekesai, Luhan masih harus melaksanakan beberapa jenis pengobatan lagi. Dirinya kadang merasa bosan dengan semua ini, dia sudah melakukannya berulang kali sejak umurnya mengijak lima belas tahun yang berarti sama saja dengan setahun.

Tujuannya hanya menemani eomma karena dirinyalah satu-satunya bagian dari keluarga kecil Xi yang masih hidup menemani eommanya. Dan jangan lupa dengan Jessica, Luhan juga bisa bertahan sampai sekarang karena dukungan yeojachingunya yang setia walaupun tidak secara langsung memberikan dukungan tersebut, tapi Luhan tau kalau gadis cantik yang sudah menjadi miliknya itu mendorongnya untuk terus hidup.

>>>>>><<<<<

Sekarang waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam. langit sudah menjadi gelap, bulan mulai memancarkan sinarnya yang terang dibantu beberapa bintang dan lampu – lampu kota.

Malam ini seorang yeoja cantik terduduk manis di dekat jendela kamarnya, raut wajahnya datar. Perasaannya kini khawatir, sedari pagi Luhan hanya memberinya satu pesan singkat, Jessica memang hanya membalasnya dengan tulisan ‘oh’ tapi dia tidak secuek itu. Di dalam kata ‘oh’ itu ada segurat rasa khawatir dan peduli.

Sore tadi mereka tidak pergi ke pantai, tidak ada yang menjemput Jessica dan memaksanya untuk menginjakan kaki di tempat berhampar pasir itu. Wajahnya di tekuk sedemikian rupa memancarkan seluruh perasaannya.

Drrrttt….. ddrrrtttt….

Ponsel yang ada di tangan mungil nan lembut gemetar, Jessica selaku pemilik posel terlonjat kaget sehabis dibangunkan dari lamunan panjangnya. Iris mata indahnya melirik ke layar ponsel bertujuan melihat siapa yang menelponnya malam-malam. “Luhan?” serunya saat membaca nama yang tertera di sana.

Drrtttt…. Ddrrrttttt….

Sekali lagi ponsel itu kembali bergetar menandakan panggilan yang ke dua kalinya. Jessica langsung mendekatkan ponselnya ke telinga.

“yeoboseyo” ucapnya anggun layaknyawanita yang sangat feminism. “lama sekali!” protes Luhan mengacuhkan sapaan yeojachingunya. Jessica mendengus kesal “ada apa?” nadanya berubah drastic dari anggun ke tomboy dan galak.

“aku bisan disini” keluh Luhan di seberang sana. Jessica seakan mengerti maksud keluhan Luhan  langsung menjawab “ini sudah malam Lu! Aku tidak mungkin keluar rumah” jelas Jessica kesal

“iya aku tau itu, tapi aku mohonnn…. Datang ke sini yaa”

“tidak” ketus Jessica mantap “oh ayolah, tolong aku. Disini sangat membosankan” keluh Luhan lagi

Akhirnya pertahanan seorang Jessica runtuh setelah mendapat rayuan Luhan yang terus memaksanya. Kalau Luhan yang memaksa mana mungkin ia menolak?

Gadis cantik berambut coklat lurus itu kini langsung menyambar tas kecil berwarna putihnya. Membuka pintu kamar perlahan. Berhasil kabur dari rumah dan langsung menuju rumah sakit.

>>>>><<<<<

Saat Jessica sampai di rumah sakit, dia langsung menuju ke kamar inap Luhan. tidak lagi bertanya kepada resepsionis karena kamar yang Luhan tempati kalau dia menginap disini selalu sama.

Cklek …

Mata gadis itu sedikit mengintip, membuka pintu sedikit tapi tidak Nampak Luhan disana. Membuka pintunya lebih lebar sampai mentok(?).  mata coklatnya langsung melebar saat melihat Luhan yang hanya mengenakan celananya. Mungkin seragam rumah sakit yang dia pakai tadi sudah dia buang entah kemana dan menggantinya dengan celana selutut yang Luhan pakai saat pagi. Namja itu memunggungi Jessica, tidak sadar akan kedatangan si gadis cantik, matanya masih sibuk mencari kaos putih polos kesukaannya.

“Luhan” kata Jessica yang masih terpaku di tempatnya. Kepala Luhan menoleh, tapi tidak ada raut wajah kaget yang ia tampilkan. Setelah melihat wajah Jessica sekilas, luhan kembali pada fokusnya tadi ‘mencari kaos putih’

“tutup pintunya Jess, kau mau orang lain melihatku seperti ini?” Jessica sontak langsung masuk ke dalam dan menutup pintu cepat. “oh mian” ujarnya sedikit menunduk padahal Luhan tidak sedang ada dihadapannya.

“ahh ini dia” kaos putihnya sudah ketemu, sudut bbir namja itu dinaikan ke atas membuat senyum bangga. Luhan langsung memakai kaos tersebut, membalikan badannya menghadap Jessica yang terduduk di pinggir ranjang.

“pakai kacamata hitamu itu, kau membawanya kan?” Tanya Luhan memastikan Jessica membawa alat penyamaran untuk bersiap kabur dari rumah sakit. “aku akan pakai topi” jelas namja itu lagi.

Seisi penghuni rumah sakit tau kalau Luhan paling suka kabur dari rumah sakit, padahal dia baru diperbolehkan pulang lusa nanti. Karena itu keduanya membutuhkan penyamaran supaya kali ini bisa berhasil kabur seperti sebelumnya.

Luhan menarik tangan Jessica pelan, dia membuka pintu benar – benar pelan sehingga tidak menimbulkan suara sama sekali.

Setelah berhasil keluar, “bersikap seperti biasa” bisik Luhan memberi perintah pada kekasihnya “ne”

Mereka berdua berjalan menjalankan semuanya dengan baik dan kali ini juga berhasil. Langsung masuk ke dalam mobil sport putih Luhan yang terparkir. “mau kemana?” Tanya Jessica menahan tangan Luhan yang hendak menyalakan mesin mobil.

“pergi dari sini, menginap di mobil” balas Luhan santai lalu melanjutkan aktivitasnya meyetir mobil.

“mwo! Disini? Tidur?” teriakan melengking keluar dari mulut Jessica. Luhan langsung menghusap kasar telinganya yang sakit akibat teriakan Jessica. Tapi mengacuhkan per tanyaan kekasihnya.

Akhirnya mereka menginap di mobil, setelah semua protes yang di keluarkan Jessica akhirnya gadis itu menurut juga.

>>>>>>>><<<<<<<<<

Pagi yang cerah muncul menggantikan langit malam, sinar terang yang hangat mulai menyilaukan mata.

“eughh” erang Jessica merasa badannya sakit dan pegal, cahaya baru muncul menembus kaca mobil membuatnya terpakasa bangun dari  tidur tak nyenyak selama semalam. Appa dan eomma pasti menghawatirkannya tapi Jessica tidak begitu peduli, dia bisa menjelaskannya nanti sepulang ke rumah. Tidur di kursi mobil dalam keadaan terduduk memang benar-benar tidak nyaman. Dan itu yang dirasakan Jessica sekarang.

Jessica menolehkan pandangannya ke arah Luhan, namjachingunya masih tertidur pulas, bahkan tidak menghiraukan cahaya matahari yang menembus kelopak matanya, dia menutupi matanya dengan punggung tangan kanannya.

“hhhh….” Dungus Jessica mengehmbuskan nafas keras-keras. Tidur tidak nyenyak, badan pegal-pegal dan sakit, sekarang dia harus membangunkan namja disebelahnya ini yang gila tidur? Pagi ini sudah ada tiga kesialan menurutnya. Membangunkan Luhan membutuhkan waku kurang lebih setengah jam, bahkan dulu Luhan pernah menyalahkan jam bekernya yang bunyinya kurang keras sebagai alasan telat masuk sekolah.

“bangun!” Jessica memuku luhan keras ‘kalau dipukulnya pelan – pelan tidak akan bangun’ alasan Jessica memukul namachingunya. Hening bahkan Luhan hanya mengganti punggung tangannya untuk menutupi mata lalu tidur lagi. “ya! Bangun!” kali ini pukulannya makin keras.

“lima menit” ujar luhan yang masih menutup matanya sambil mengcungkan lima jarinya ke depan wajah Jessica. “sudah lebih dari lima menit lu” yang ini lebih lembut intonasinya. “ayo bangun! Kau mau aku pulang ke rumah sendiri?”

“sepuluh menit saja” Luhan menambah waktu tidurnya dari lima jadi sepuluh. Jessica hanya bisa menghela nafas kasar.

Benar saja, Luhan baru bisa membuka matanya dengan sempurna setengah jam setelah kejadian tadi. Itu pun karena ancaman Jessica untuk pulang sendiri kerumah dan membuka pintu mobil makanya Luhan langsung terlonjak dan tidak mengantuk lagi.

“kajja, kita sarapan dulu” mobil Luhan berhenti di depan sebuah restoran cepat saji.

“saya pesan dua paket sarapan pagi” kata Luhan kepada pegawai restoran yang melayanianya sekarang. Tidak butuh waktu lama, dua piring berisi roti telur dan dua gelas susu putih terpampang di meja Jessica dan Luhan.

Setelah makan pagi sapasang kekasih ini langsung menelusuri berbagai toko-toko baju dan electronic lainnya. Bermain di lotte world berjam-jam, makan siang bersama. Dan sekarang mereka berdua berdiri berpegangan tangan di depan sebuah gereja yang sering dikunjungi Luhan dan eommanya.

“ayo masuk” Luhan menarik tangan yeoja cantik yang berdiri di sebelahnya. Masuk dan berjalan di atas karpet  panjang lurus, disebelah kanan dan kiri berjejer bangku-bangku panjang berwarna coklat tua. Sampai akhirnya karpet itu berujung di sebuah tempat seperti altar pernikahan, disana ada patung malaikat dan Bunda Maria.

Jessica melepaskan pegangan tangan mereka, Luhan tidak mengeluarkan protes apapun dia malah melipat tangannya dan memejamkan mata lalu mulai berdoa. Jessica yang melihat semuanya juga mengikuti Luhan. ‘aku hanya ingin semuanya baik – baik saja’ ucapnya dalam hati dengan perlahan dan lembut. Singkat dan satu kalimat doa yang di ucapkan Jessica sudah mewakili semua perasaan dan keinginannya, semoga Tuhan yang baik mengabulkan permintaanya.

Gadis cantik nan mungil itu mulai membuka kelopak matanya perlahan. “lama sekali” keluh Luhan saat meihaat Jessica sudah membuka matanya berarti doanya telah selesai. Mendengar ucapan Luhan, Jessica membulatkan matanya sontak menengok ke asal suara. “mwo! Jinjjayo?”

“hmmm sangat lama” ujarnya sedikit berlebihan. Namja berambut blonde itu langsung berbalik, jalan dan duduk di ujung kursi barisan tengah. “mau ngapain?” Tanya Jessica yang masih berdiri di tempatnya. Luhan menepuk-nepuk tepat di sebelahnya yang kosong bermaksud menyuruh Jessica duduk disitu.

Mengerti maksud Luhan Jessica langsung menuju tempat itu sedikit berlari supaya lebih cepat. Jessica duduk di sebelah luhan, mengamati namjachingunya mulai dari ujung rambutnya, mata, hidung, mulut dan yap berhenti di bibir. Luhan yang tadinya memandang ke jendela besar mengalihkan padangannya merasa risih, benar saja Jessica sedang menatapnya lekat – lekat. “arayo” kata luhan.

Jessica tidak membalas apapun, dari sudut kanan bibirnya sampai sudut kirinya telah dibungkam dengan sebuah ciuman. Ini first kiss nya! Mereka memang sudah lama berpacaran namun baru kali ini Luhan menyentuh bibirnya dengan cara yang berbeda.

Melumat bibirnya lembut, sangat lembut. Setelah merasa cukup Jessica melepas ciuman pertamanya untuk sejenak menarik nafas. “sica-ah” paggil Luhan diartikan lebih ke pertanyaan ‘kenapa kau menydahinya?’

“bernafas” jelas Jessica hanya dengan satu kata singkat, padat, jelas. Itulah dirinya.

Setelah jeda yang dibuat oleh masing – masing, yeoja beriris coklat mengkilap menidurkan kepalanya di pundak Luhan seperti yang pernah dilakukan Luhan padanya. Luhan hanya melihatnya sekilas kemudian membuang pandangannya lagi kearah lain, tidak ada rasa kaget dan ingin bertanya, Luhan hanya diam membisu.

>>>>>><<<<<<

Bukankah kebiasaan mereka pergi mengunjungi pantai tiap sore? Yah, inilah yang dilakukan sekarang. Jessica sampai tidak pulang kerumahnya dari semalam. Hari ini waktunya hanya untuk luhan seorang begitupun sebaliknya.

“ya! Aku nggak mau basah!” teriak Jessica saat Luhan memulai aksi siram menyiram air laut. “hahahahaha” bukan berhenti Luhan malah makin sengaja menyipratkan air. Membuat setengah badan kebawah Jessica basah kuyup.

Tidak terima gadis yang sudah basah kuyup itu ikut menyipratkan air kelawannya sekligus namjachingunya.

“berehenti” teriak Luhan

“kau yang memulai dulu”

“kau yang membuatku memulainya lebih dulu”

“pokoknya ini salahmu sampai aku basah kuyup begini!”

“ani, ini bukan salahku”

“wae”

“karena bajumu yang basah dan pemiliknya adalah kau, jadi pemiliknya yang salah tidak bisa menjaga dengan baik baju yang dipakai”

“tidak masuk akal”

“biar saja, yang penting bukan salahku”

“salahmu”

“salahmu”

“salahmu!!”

“salah kamu!!”

Sisi kekanak-kanakan dari kduanya keluar, menampilkan sikap mereka yang childish. Bertenkar seperti anak – anak, masalah kecil jadi diperbesar. Puas saling menyalahkan masing-masing duduk ditempat biasa. Menekuk lutut dan melihat cahaya matahari yang sebentar lagi tenggelam dan hilang di telan bumi.

“ayo pulang. Aku lelah dan semuanya basah. Lagi pula ini sudah malam” pernyataan Jessica yang basah kuyup benar, dari ujung rambut coklatnya sampai kakinya yang tidak menggunakan alas apapun basah di setelah siterjang air terus menerus.

“sica-sshi kamu tidak lihat? Masih ada matahari dan kamu bilang ini sudah malam?” Tanya Luhan sedikit emosi. “aku tidak ingin bertengkar” keluhnya menyerah untuk adu mulut dengan kekasihnya.

“ayo pul-“ kata-katanya berhenti. Karena kaget, bungkan ada sesuatu yang membungkam mulutnya seperti tadi. Luhan lagi-lagi mebuatnya terkejut.

Memeluk tubuh Jessica dari samping, mengelus pipi lembutnya, menatap Jessica lekat – lekat. Dan akhirnya seprti yang pernah dilakukannya dan Jessica lakukan. Namja itu menjatuhkan kepalanya di pundak jesica.

“aku punya kata – kata bagus” ucap Luhan riang. Jesica tidak menjawabnya memberi Luhan jeda untuk menjelaskan apa yang ingin dirinya katakan.

“hhhhh….. aku bukan namjachingu yang baik, aku selalu memaksamu mememnuhi keinginanku. Memaksamu menerima diriku yang tidak sempurna ini. Mulai saat ini aku tidak akan memaksamu lagi untuk mencintaiku. Yang aku inginkan adalah apa yang kau inginkan” kata Luhan, diakhiri dengan sebuah ciuman singkat menyentuh bibir Jessica.

Namja itu memejamkan matanya kuat – kuat.  Sedari tadi tanpa diketahui Jessica dirinya tengah menahan sakit. Sakit seperti ada yang mencengkram dadanya kuat – kuat, membuatnya susah mengambil oksigen. Banyak udara yang dia hirup tapi rasanya hanya sedikit yang masuk ke dalam paru – parunya. “Jessica saranghae” tutur Luhan pelan seperti bisikan lalu menutup matanya yang sudah terasa berat.

Jessica menoleh saat namanya dipanggil, dilihatnya luhan sudah tertidur. “Luhan ayo bangun, jangan tidur disini” menepuk – nepuk lengan Luhan yang sedari tadi dia genggam. Jessica memberikan jeda beberapa menit untuk namjachingunya itu tidur.

“bangun” tapi tidak ada balasan bahkan bergerak pun tidak.

“jangan mengerjaiku lagi seperti kemarin. Aku sudah tau tipuanmu lu” tuturnya lagi

“lu? Luhan?” rasanya ada perasaan gelisah yang berbeda dari sebelumnya. Sepasang telapak tangan yang di genggamnya pun mulai mendingin. “lulu, jangan bercanda. Ayo bangun” matanya melai basah.

“Luhan bangun!” Jessica menarik jarinya untuk memeriksa deru nafas luhan lewat hidungnya.

DEG

Tidak ada hembusan nafas yang menerpa jari telunjuk Jessica. Menghusap air matanya kasar, “lu?” ucapnya masih memastikan. Deru nafas Jessica seperti orang sehabis lari maraton. Dengan cepat dia mengambil ponselnya, menelpon siapapun yang bisa membantunya sekarang.

“yeoboseyo?” Tanya seseorang di sebrang.

“to-tolong aku sekarang” ucap Jessica panik.

>>>>>>>><<<<<<<<

Pagi hari ini nampak seorang  yeoja berjalan di tengah banyaknya gundukan tanah yang berjejer. Menelusuri jalan setapak dengan hati-hati. Keadaannya sunyi, sepi juga tidak bernyawa. Menimbulkan suasana sedikit menyencekam untuk si gadis. Meskipun matanya sembab dan bengkak, tapi ekspresi yang diberikannya saat ini bahagia. Mengenakan kaos putih polos, celana pendek putih, dan flat shoes nya pun berwarna putih. Dua telapak tangannya mengeratkan apa yang dia pegang. Bunga tulip putih, tidak layu dan tidak kusam. Semuanya putih namun dia masih bernyawa juga punya raga, bukan roh-roh halus menghantui.

Setelah acara pemakaman kemarin selesai, hari ini hanya dia seorang yang berjalan, membuat bunyi derap kakinya terdengar jelas.

Sampai di tempatnya, si gadis sedikit berjonkok untuk mensejajarkan wajahnya.  “luhan! annyeong” Jessica kemudian menaruh bunga yang digenggam erat olehnya, menghela nafas sejenak. “bukankah apa yang kau inginkan adalah apa yang aku inginkan? Sekarang aku tidak menginginkan apapun lu. Permintaanmu akan aku kabulkkan nanti saat aku menginginkan sesuatu”

Cukup puas berbeciara dengan Luhan, walaupun yang terlihat Jessica hanya bicara sendiri, tidak ada lawan biacara yang dilihat atau membalasnya. Gadis berparas cantik ini melanjutkan langkahnya ke sebuah tempat.

Ya namjachingunya memang pergi tanpa meninggalkan pesan apapun. Tidak dengan sepucuk surat atau titipan salam. Saat-saat terakhir mereka berdua lusa kemarin juga Luhan tidak bicara panjang lebar. Yang berarti Jessica bebas dengan hidupnya, dia tidak perlu memaksa diri untuk terus tersenyum, tidak perlu mencari namja yang lebih baik dari Luhan, bahkan kalau Jessica ingin bunuh diripun Luhan dengan senang hati menerimanya kembali.

love does not have to force, Because love is something that sincere

Jessica pov

Aku melangkahkan kaki pelan-pelan kearah utara. Dibawah sepatuku karpet merah yang panjang menjulang seperti terakhir aku datang kesini bersamanya. Tidak ada yang berubah semuanya sama persis. Hanya satu yang berbeda yaitu aku yang datang sendirian tidak berdua lagi dengannya.

Kuulas senyum mengejek diri, mengingat jalanku yang seperti seorang gadis melaksanakan pernikahan. Sampai dan aku kembali melipat tangan juga menutup mata rapat-rapat. ‘Tuhan terimakasih, mungkin aku kecewa karena sekarang semuanya tidak baik-baik saja” singkat lalu aku memutar balik tubuhku berjalan kearah bangku kayu panjang tepat kami duduk berdua dulu.

Menjatuhkan diri kemudian mendongakat wajah memperhatikan langit-langit gedung dengan segala ukiran-ukiranya. Tiba-tiba sesuatu membuatku kaget, ada sebuah benda yang menyentuh bahu kananku, tentu saja aku harus melihatnya memastikan kalau benda itu bukan serangga atau timun.

DEG

“Luhan?” tanpa sadar namanya kusebut. Ya benda itu kepalanya,  wajahnya tersenyum padaku manik matanya bermain-main lalu bertemu manik mataku, tapi sesaat kemudian mata coklatnya beralih kedepan menatap kosong. Meninggalkanku yang masih terpaku akan kehadirannya. Kaos oblong putih dengan celana selutut persis seperti terakhir kali aku bersamanya.

Sedetik kemudian aku sadar, Luhan bukan manusia seperti dulu.

Due to sincere love, makes him always stand beside. And different world won’t be able to separate.

END

Author note : ini ffc sebenernya waktu itu cuman gak menang abis itu aku rombak dikit-dikit dan jadilah ini dia bagus gak? Atau feelnya gak dapet mungkin maaf ya soal typo karena aku author baru J

6 thoughts on “FF : You

Leave a reply to kjs Cancel reply